rss
twitter

Penderita H1N1 di Indonesia Dekati Angka 1.000 Orang

10

posted by | Posted in , | Posted on

Posted from : depkes.go.id

Penderita H1No1 di Indonesia terus bertambah, bahkan mulai mendekati angka 1.000 orang. Terakhir, Pada tanggal 20 Agustus 2009, Badan Litbangkes Depkes melaporkan hasil konfirmasi laboratorium positif influenza A H1N1 sebanyak 18 orang. Dengan demikian secara kumulatif kasus positif influenza A H1N1 berjumlah 948 orang tersebar di 24 provinsi kata Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P (K), MARS, Dirjen P2PL Depkes.

Prof. Tjandra menjelaskan, penyakit influenza A H1N1 ditularkan melalui kontak langsung dari manusia ke manusia lewat batuk, bersin atau benda-benda yang pernah bersentuhan dengan penderita, karena itu penyebarannya sangat cepat namun dapat dicegah.

Cara yang efektif untuk mencegah yaitu menjaga kondisi tubuh tetap sehat dan bugar yakni makan dengan gizi seimbang, beraktivitas fisik/berolahraga, istirahat yang cukup dan mencuci tangan pakai sabun. Selain itu, bila batuk dan bersin tutup hidung dengan sapu tangan atau tisu. Jika ada gejala Influenza minum obat penurun panas, gunakan masker dan tidak ke kantor/sekolah/tempat-tempat keramaian serta beristirahat di rumah selama 5 hari. Apabila dalam 2 hari flu tidak juga membaik segera ke dokter, ujar Prof. Tjandra.

Upaya kesiapsiagaan tetap dijalankan pemerintah yaitu: penguatan Kantor Kesehatan Pelabuhan (thermal scanner dan Health Alert Card wajib diisi); penyiapan RS rujukan; penyiapan logistik; penguatan pelacakan kontak; penguatan surveilans ILI; penguatan laboratorium, komunikasi, edukasi dan informasi dan mengikuti International Health Regulations (IHR).

Disamping itu juga dilakukan community surveilans yaitu masyarakat yang merasa sakit flu agak berat segera melapor ke Puskesmas, sedangkan yang berat segera ke rumah sakit. Selain itu, clinical surveilans yaitu surveilans severe acute respiratory infection (SARI) ditingkatkan di Puskesmas dan rumah sakit untuk mencari kasus-kasus yang berat. Sedangkan kasus-kasus yang ringan tidak perlu dirawat di rumah sakit, tambah Prof. Tjandra.

Comments (10)

  1. 21 Agustus 2009 pukul 23.03

    wah gawat kalau begitu. kita mesti waspada..!!

  2. 21 Agustus 2009 pukul 23.06

    ini beritanya kok seperti kurs rupiah terhadap dollar saja, pake tembus angka tertentu..he..he.. tapi untuk waspada cukup bagus juga

  3. 21 Agustus 2009 pukul 23.09

    Kalo sudah begitu, terus ngapain? mau dinaikkin atau ditekan turun? Depkes harus lebih giat lagi mensosialisasikan H1N1 biar kewaspadaan masyarakat juga ikut tumbuh.

  4. 21 Agustus 2009 pukul 23.17

    Saya heran. Ketika muncul isu virus sapi gila, kita semua ribut sapi gila. Setelah itu muncul virus flu burung, virus sapi gilanya langsung lenyap, mendadak tidak ada lagi kasusnya. sekarang juga begitu. begitu muncul flu babi, kasus flu burung juga mendadak hilang. jangan-jangan virus ini bagian dari skenario global untuk kepentingan ekonomi dan politik negara tertentu?

  5. 21 Agustus 2009 pukul 23.25

    Ah ini belum seberapa dibandingkan dengan kasus pecandu narkoba dan HIV/AIDS yang jumlahnya sampai jutaan orang dengan tingkat intensitas meninggal dunia yang sangat tinggi. H1N1 hanya besar di media, alias dibesar-besarkan buat menakuti negara ketiga supaya masuk dalam permainan ekonomi global. Dari dulu, orang Indonesia itu paling tahan soal flu, tidak seperti para bule yang menjadikan flu sebagai momok, begitukah?

  6. 21 Agustus 2009 pukul 23.29

    saya tidak setuju dengan pendapat dewi. bagi saya soal nyawa tidak bisa dikalkulasi dengan banyak dan sedikit. 1 nyawa atau 100 nyawa bagi saya sama-sama berharganya. Lebih baik kita tetap menjaga sikap waspada dan tidak menganggap remeh sesuatu yang punya potensi merusak seperti halnya virus H1N1

  7. 21 Agustus 2009 pukul 23.36

    saya pernah membaca buku karya Siti Fadilah Supari, Menkes RI kita. Di dalamnya beliau bercerita tentang bagaimana permainan virus dan vaksin dalam kasus flu burung. Negara berkembang dminta mengirim virus ke lembaga kesehatan internasional untuk kepentingan penelitian dan pengembangan vaksin. Namun, tidak tahu bagaimana jalan ceritanya, ternyata ada beberapa negara yang kemudian memproduksi vaksin terhadap virus yang dikirim itu dalam jumlah tertentu dan menjualnya kembali ke negara berkembang dengan harga mahal. Muncul dugaan telah terjadi penyalahgunaan virus, namun hal ini tidak cukup bukti. Jadi, saya setuju dengan pendapat azizah, sepertinya ini sudah masuk permainan global

  8. 21 Agustus 2009 pukul 23.41

    Dari 948 pasien H1N1 itu, berapa persen sih yang meninggal?

  9. 21 Agustus 2009 pukul 23.46

    mau tahu yang meninggal berapa? tanya ke kuburan band, dia pasti jawab: lupa-lupa ingat...wakakak..

  10. 21 Agustus 2009 pukul 23.57
    Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

Post a comment