rss
twitter

Nikotin Sangat Adiktif, Lebih Daripada Heroin

1

posted by | Posted in , , | Posted on

Posted from : surabaya-ehealth.org
Surabaya, eHealth. Menyambut Hari Bebas Tembakau (HBT) di akhir bulan Mei ini, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mapanza Universitas Airlangga mengadakan Seminar HBT. Seminar yang berlangsung selama dua jam ini mengangkat tema “Apa Sich Enaknya Merokok” dan dihadiri oleh perwakilan dari setiap Fakultas Unair dan perwakilan dari UKM Unair.
Bertempat di lantai tiga ruang Abraham Maslow, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, seminar ini dibawakan oleh dua orang narasumber yang kerap memerangi dan membatasi tersebarnya asap rokok di sembarang tempat, termasuk juga memberikan andil dalam terbentuknya Perda KTM-KTR No.5 tahun 2008 di Kota Surabaya, mereka adalah dr. Santi Martini M.Kes dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair dan Priyono Adi Nugroho dari Lembaga Perlindungan Anak (LPA).
“Satu batang rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, 40 diantaranya bersifat karsinogen yang menyebabkan Kanker,” tutur dr. Santi kepada para mahasiswa dan mahasiswi Unair yang datang sebagai undangan. 
Salah satu zat yang begitu dikenal oleh orang-orang yang terkandung dalam rokok adalah nikotin. Bukan rahasia lagi bahwa nikotin menyebabkan kecanduan bagi siapa saja yang menghirupnya atau mengkonsumsinya. “Nikotin sifatnya sangat adiktif, lebih daripada heroin, kokain, ataupun alkohol,” tutur dokter yang mengenakan kacamata itu. Hal itu karena nikotin menyebabkan efek langsung ke otak selama kurang dari 10 detik. 
Ia juga menekankan bahwa nikotin dapat dengan sangat mudah meresap ke tubuh melalui mulut, hidung, dan kulit tanpa harus dibakar. ”Jadi kalau kalian tempel-tempelkan rokok ke mulut saja tanpa dibakar, itu (nikotin, Red) sudah dapat meresap ke tubuh,” lanjutnya.
Sehingga hal tersebut dapat juga membahayakan petani tembakau dimana dalam kesehariannya mereka harus bersentuhan langsung dengan tanaman tembakau yang sarat akan kandungan nikotin.
Selain itu tidak ada kadar yang aman dalam penggunaan nikotin, sehingga serendah apapun kadar nikotin yang terkandung dalam suatu rokok dapat menyebabkan ketagihan. Hal tersebut dipertegas pula oleh Priyono Adi Nugroho bahwa serendah apa pun kadarnya tetap berdampak. ”Seperti contohnya yang baru-baru ini sisha, walau kadar nikotinnya hanya 0,05% saja, nikotin tetap berbahaya,” tutur Pri, panggilan akrabnya, yang juga pernah bergelut dengan kebiasaan merokok dan akhirnya berhenti.
Nikotin menyebabkan produksi adrenalin meningkat, darah lebih cepat membeku sehingga berisiko tinggi terhadap serangan jantung. Sudah begitu jelas kerugian dari merokok terutama dari segi kesehatan. Dari segi ekonomi dr. Santi mengakui bahwa sebenarnya biaya untuk membelanjakan rokok jika dikalukulasikan dapat lebih tinggi dibanding keperluan sehari-hari termasuk juga keperluan pendidikan. 
Selain itu kerugian merokok dirasakan juga dari segi lingkungan, terutama menyangkut asap yang disebabkan oleh rokok. Pada sebatang rokok yang dibakar, 25% asap dihirup oleh pengguna, 75%nya terdapat di udara bebas, lalu ketika pengguna menghembuskan asap rokok maka sebanyak 12,5% asap berada di udara bebas. Ini berarti kurang lebih 90% asap rokok memenuhi udara bebas, sehingga dalam hal ini yang paling terancam tentu saja orang-orang yang berada di sekitar pengguna rokok, atau biasa disebut dengan perokok pasif.
Seperti yang dituturkan oleh dr. Santi, maka dari itu dikeluarkan lah peraturan yang mentertibkan perokok pasif, salah satunya untuk melindungi perokok pasif karena memiliki udara bersih adalah hak setiap orang. Ia juga mensosialisasikan Perda KTR-KTM yang telah dimiliki oleh Kota Surabaya kepada para peserta.
Salah satu peserta seminar, Lukman Hakim (20) menyetujui dengan adanya peraturan untuk mendisiplinkan asap rokok. ”Zat-zatnya banyak sekali yang beracun,” tukasnya. Ia mengaku pernah sekali mencoba merokok ketika lulus SMU. Karena begitu senangnya lulus SMU itu Ia mencoba untuk merokok, alhasil tubuhnya biru semua. ”Sejak saat itu saya kapok merokok, ditawarin sampai mati pun saya tidak mau merokok,” tegas mahasiswa Fakultas Psikologi Unair ini.
Ia juga kerap mengingatkan teman-teman atau orang yang ada di sekitarnya mengenai bahaya rokok, namun ia mengungkapkan hal itu tidak begitu mudah dilakukan.
Terlalu banyak efek negatif yang disebabkan oleh rokok atau tembakau, lalu mengapa dari sekian banyak alasan orang-orang tetap saja mengisi luang waktunya dengan meokok? Seperti yang dikatakan oleh Pri mengutip perkataan Phillip Morris bahwa alasan orang merokok adalah to relax, for the taste, something to do with hands, but for the most part, people continue to smoke because they find it too difficult to quit. Rokok sebabkan candu sehingga lebih baik tidak sama sekali atau rokok yang memilih untuk merusak tubuh Anda.(fie)

Comments (1)

  1. 31 Agustus 2009 pukul 16.43

    pasti lah. itulah mengapa jumlah pecandu rokok jauh lebih banyak daripada pecandu heroin.

Post a comment